Minggu, 23 November 2014

R I N D U

Apa kabar kamu?
Maaf, rinduku sudah tak terbendung lagi. Aku menyerah.
Maaf, aku egois. Selalu merindumu, sedang kamu aku tak tahu.
Rindu itu seperti penyakit yang menggerogoti tubuh. Sakit.
Jika ada obat rindu berupa tablet, mungkin aku akan overdosis.
Berlebihan? memang, karena itu yang aku rasa.
Kamu sih (mungkin) tak merasakan hal yang sama. Coba saja, kamu pasti akan tersiksa seperti yang aku rasakan sekarang.
-----
Kalau kata orang-orang rindu itu hadir ketika hujan turun. Tapi kalau aku beda.
Bagiku rindu selalu hadir dalam situasi dan cuaca apapun. Ketika mendengarkan musik, bahkan ketika aku bangun dari tidur siang. Entah kenapa, setiap aku tidur siang yang tak terencana, ketiduran, pasti aku merasakan rindu yang sangat. Bukan hanya padamu, tapi juga pada mereka yang jauh, keluarga dan teman-teman. Mungkin karena aku tak berdoa ketika akan tidur. Ya namanya juga ketiduran.
-----
Ah, rindu tak selalu hanya untuk kamu. Dan rindu tak selalu hadir hanya jika hujan. 
Aku merasakan rindu disini, saat cuaca lagi panas-panasnya dan saat perasaanku lagi panas-panasnya untukmu.
Kamu kenapa? Berubah seperti power ranger. Berubah sejak negara api menyerang, seperti kata Aang di film Avatar.
Apa aku ada salah? Maaf jika seperti itu.
Atau kamu lagi butuh waktu? Tapi untuk apa?
Atau kamu sengaja menghindari aku?
Atau kamu sibuk? Sesibuk apa sampai aku tak kamu hiraukan? 
Ah iya, aku siapanya kamu? Lancang sekali aku meminta dihiraukan, padahal aku bukan siapa-siapanya kamu.
-----
Rindu rindu rindu..
Rindu tak hanya hadir ketika hujan. Karena jika rindu hadir hanya ketika hujan, bagaimana denganku yang tak selalu merasakan hujan di kota yang panas ini.
Hujan hadir hanya sesekali dan sangat sebentar. Jika seperti itu maka rinduku pun hanya sebatas itu? Tidak kan?
-----
Sabarlah, rindu tak hanya aku yang merasakan.
Banyak yang merasakannya dengan cara meenyampaikan yang berbeda-beda tentunya.
Dan aku, menyampaikan rindu dengan tulisan. 
Rindu itu abstrak. Tak terlihat dan tak terasa (olehmu) dan tak tersampaikan (pula).
Seberapa sering aku menuliskan perasaan rindu, semakin kamu menghilang.
Seberapa sering aku memberi kode rindu, semakin kamu menghindar.
-----
Ah, rindu itu abstrak. Tak terlihat dan tak terasa, olehmu.