Jumat, 21 Desember 2012

K A G U M



Burung pipit itu termenung sendiri di salah satu dahan pohon cemara. Entah apa yang dipikirkannya, mungkin nasibnya esok akan seperti apa lagi. Ia kemudian mendengar siulan merdu itu, ia berbalik, seekor burung elang. Bukan, siulan itu bukan untuknya tapi untuk yang lain, ia terpana tak lagi termenung, dalam hati ia berkata "Akankah aku bisa mengenalnya lebih dari sebuah siulan merdu?". Hari-hari berikutnya ia selalu setia menanti siulan itu, matanya yang tajam optimis seakan dunia dapat ditaklukkannya, kepakan sayapnya yang kokoh membuatnya angkuh bak penguasa langit. Ia merindukannya seperti memberikan kekuatan tersendiri untuknya.

Sampai pada suatu hari, si burung pipit kaget melihatnya ada diantara ia dan teman-temannya, mereka berada disuatu pohon yang sama dan jarak yang sedekat ini, dalam hati ia pun berkata "Aku ingin semakin dekat dengannya", seperti ada yang bergetar dalam diri si pipit, hatinya ya hatinya bergetar, hatinya berdesir. Sekilas saat ia tahu ada sesuatu yang sama diantara mereka, si pipit seperti terdorong angin, ia memberanikan diri mendekat dan mengenal, ternyata mereka pernah berada di suatu tempat yang sama.

Bunga-bunga yang merekah dari pohon itu, seakan berjatuhan disampingnya, ia kini tahu siapa burung elang itu. Si elang tak seperti penampakannya yang angkuh dan tajam, si elang hanya sosok sederhana seperti dirinya, ia mulai mengaguminya, bahkan sejak pertama melihatnya. Dan semakin dekatlah ia pada si elang. 
Esok berlanjut, si pipit seakan dibuat melambung ke langit ke tujuh dengan saling bertukar kata demi kata. Sampai pada suatu saat, ia diajak ke sebuah tempat. Berbagai hal berkecamuk dalam pikirannya "Akankah kita semakin dekat?" kata si pipit kembali bertanya pada hatinya. Mereka bertemu, "hanya berdua" kata si pipit dalam hatinya. Tapi saat mereka berada di tujuan, ia sadar, ia tidak hanya berdua tapi lebih. Ia tahu, ia terlalu dilenakan oleh pikiran. Ternyata, tak seperti yang diharapkannya. Kecewa? Pasti.  Dari hari itu, burung pipit mulai tak menghiraukannya, ia menghindarinya. Semakin hari, si pipit merasa tak bisa jika tak mendengar siulan itu, siulan itu terlalu merdu, tapi ia rasa bukan untuknya. Entahlah. Kemudian, ia tahu apa yang bisa kembali mendekatkannya dengan si elang.

"Ada hal ketika kita belajar mencoba sesuatu yang baru yang tak pernah kita lakukan sebelumnya untuk bisa menyenangkan hatinya, apalagi itu atas permintaanya."

Ya, si pipit belajar sesuatu yang baru, sesuatu yang disukai si elang, dan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia tahu, segala hal yang baru ia mulai akan diawali dengan kesalahan, tetapi yang ia buat selalu disukainya, padahal ia tahu itu tak sempurna, tak sesuai yang diharapkan si pipit. Semakin hari, semakin ia belajar agar apa yang dibuatnya semakin sempurna, agar semakin membuat si elang merasa bahagia. Tapi, kenapa ketika ia saling berpapasan, sapaan, siulan itu bahkan tatapan tajam itu tak pernah ia dapatkan, lebih tepatnya bukan untuknya. Setiap ia berpapasan di langit, diantara awan-awan yang lembut, ia merasa di hindari. Padahal si pipit kadang menyapanya duluan, tapi si elang hanya tertunduk tak melihat, kadang hanya erangan "ehmm" yang didapat si pipit. Dalam hati si pipit berkata "Oke, akupun bisa melakukan hal yang sama". Maka dari saat itu, jika mereka bertemu diantara awan-awan, tak pernah lagi ada siulan bahkan sapaan akrab dari si pipit untuk si elang. Dan tahukah kalian apa yang si pipit baru tahu tentang si elang?, si elang merasa aneh, ganjil, si elang sadar akan sikap si pipit, terhadap perubahan si pipit, tetapi mengapa si elang tak sadar atas perlakuannya terhadap si pipit? atau adakah yang salah dari si pipit? entahlah.

Kalian tahu, keakraban mereka kembali. Tetapi ada yang baru di ketahui si burung pipit. Ia terlalu dilenakan perasaan. Ia sadar, keakraban mereka tidak lebih dari apa-apa. Tapi semangat untuk mengenalnya jauh lebih tak membuat si pipit berpatah arang. Walau mereka sebatas itu, ia tetap mengagumi si elang.

Apa yang membuat kalian merasa bahagia?

Ada hal yang membuat si burung pipit merasa bahagia, ketika si elang memberinya "sesuatu" yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. "Sesuatu" yang bisa semakin mendekatkan si pipit dengan penguasa dunia, Tuhan. Kata-kata yang terlontar saat itu membuat hatinya luluh. "Ini adalah hal terindah yang pernah aku dapatkan."

Si burung pipit sadar kalau ia hanya pengagum, tak lebih, bisa dikatakan tak mungkin lebih. Ia sadar, dirinya yang kecil tak pantas bersanding dengan si elang rupawan yang hampir sempurna itu. Sampai ketika si pipit mulai mengenal yang lain, ia berharap bisa melupakan si elang rupawan, tetapi ia tak ingin si elang rupawan tahu. Jika berada di ranting pohon yang sama, canggung si pipit. Tahun berikutnya, si elang rupawan kembali memberikan "sesuatu"  di hari bahagianya, yang tak pernah diduga oleh si pipit. Sederhana tapi bermakna.
Si pipit kembali dilenakan oleh sikap hero si elang, si elang selalu tahu bagaimana memperlakukan seekor pipit. Si pipit seolah tak berdaya jika berada disamping si elang, ia tahu, ia telah jatuh cinta. Ahhh, mungkin sudah sejak pertama si pipit melihat si elang, tapi ia selalu tahu bagaimana bisa mengendalikan perasaannya. Ia tahu, sulit menjangkau si elang. Ia hanya selalu merasa bahagia bila melihat, bahkan mengingat si elang. 
Entahlah, apapun itu, semua akan indah pada waktunya nanti, entah sampai kapan, si pipit hanya bisa diam, mengepakkan sayapnya yang kecil menelusuri tiap sudut dunia..
Pergi..